Total Tayangan Halaman

Minggu, 22 Mei 2016

Ekstrovert dan Introvert


Saat ini adalah masa dimana orang-orang  berkepribadian ekstrovert disanjung-sanjung dan berkepribadian ekstrovert itu sendiri dianggap baik. Mereka yang ekstrovert dipandang sebagai orang-orang yang mampu bersosialisasi dengan baik, luwes, fleksibel dan memiliki kepribadian yang menawan. Sementara mereka yang introvert dipandang buruk, canggung, dan tidak memiliki kemampuan bersosialisasi. Namun benarkah bahwa menjadi orang yang introvert adalah buruk dan menjadi orang yang ekstrovert adalah baik?

Orang yang pertama kali mengemukakan t
entang introvert dan ekstrovert ini adalah Carl Gustav Jung, seorang psikoanalisis yang menjadi kawan sekaligus murid Sigmund Freud. Dan coba tebak kepribadian manakah menurut Jung yang terbaik?
Introvert, bukan ekstrovert.

Menurut Jung, orang-orang  introvert adalah mereka yg terampil dalam melakukan perjalanan ke dunia dalam, yaitu diri mereka sendiri. Mereka selalu mencoba memahami diri mereka sendiri dengan melakukan banyak perenungan dan berkontemplasi. Pada akhirnya mereka menjadi orang yang memahami dirinya, berpendirian keras, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dan mengetahui apa yang menjadi tujuan dalam hidupnya. Namun mereka yg introvert seringkali terlalu disibukkan dengan dirinya sendiri, kurang peka terhadap lingkungannya dan akhirnya lingkungannya juga tidak dapat menerima mereka yg introvert dengan baik. Mereka tau apa yg mereka mau namun sulit untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain. Hal ini membuat mereka yang introvert seringkali dicap sebagai orang aneh.

            Sementara itu mereka yg ekstrovert terampil dalam melakukan perjalanan ke dunia luar. Mereka dengan luwes dapat berinteraksi dengan banyak orang. Membuat orang lain terkagum-kagum dan menyukainya. Namun semua ini dilakukan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Mereka sering terpaksa mengorbankan kepribadiannya sendiri agar dapat diterima oleh orang banyak. Singkatnya, mereka yang ekstrovert dan mudah bergaul biasanya adalah orang yang sering berganti-ganti dalam menggunakan personanya.

Persona, dari bahasa Yunani yang berarti topeng. Dalam psikologi, persona sering diidentikkan dengan kepribadian. Dari kata persona ini juga muncul kata ”personality” dan ”person”. Kita menggunakan topeng seorang murid saat kita berhadapan dengan guru. Menggunakan topeng orang sholeh saat berhadapan dengan ustadz. Menggunakan topeng seram saat berhadapan dengan musuh. Dan begitu seterusnya dalam hidup kita, terus berganti-ganti topeng. Permasalahannya adalah orang-orang  yg ekstrovert lebih sering berganti topeng. Akhirnya dirinya tidak lagi memahami siapa dirinya yang sebenarnya. Makanya tidak mengherankan apabila kita sering menemui orang yg gaul, bintang film, memiliki banyak teman, seakan-akan memiliki hidup yang sempurna, namun pada kenyataannya dia merasa tidak bahagia dengan hidupnya. Terlihat kuat namun sebenarnya sangat lemah secara mental. Banyak berkata2 namun tanpa makna. Banyak teman namun sering kesepian.

Inilah akibat yang timbul apabila terlalu sering berganti topeng. Seperti di film ”The Mask”, yang meskipun topengnya memberikan kekuatan, namun pada akhirnya topeng tersebut menguasai jiwa si pemakainya. Membuat pemakainya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Orang-orang introvert memiliki kendali atas dirinya sendiri, namun seringkali mengalami penolakan oleh lingkungannya. Orang-orang ekstrovert dapat memiliki segalanya, kecuali satu, dirinya sendiri.


Tetapi bagaimanapun, jika kita termasuk introvert sudah seharusnya kita harus tetap berhubungan dengan lingkungan sekitar kita. Manusia adalah makhluk sosial yang pastinya harus bersosialisasi. Dan jika termasuk kedalam introvert, diri kita juga butuh untuk diperhatikan. Bukan hanya sekedar perhatian fisik, tetapi jiwa. Jiwa itu hidup, jadi berikan dia kehidupan dengan melakukan hal-hal yang kita ingin dan bisa lakukan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar