BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permintaan akan produk oleokimia yang
sangat tinggi. Hal ini dapat dimaklumi karena produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan produk
petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui dan produk yang ramah lingkungan. Pada saat ini
industri oleokimia masih berbasis kepada minyak / trigliserida sebagai bahan
bakunya. Hal ini terjadi karena
secara umum, para pengusaha masih ragu untuk terjun secara langsung ke industri
oleokimia. Masih sangat jarang
dijumpai sebuah industri yang mengolah bahan baku langsung menjadi bahan kimia
tanpa melalui trigliserida. Padahal
secara ekonomi dan teknik, banyak produk dari bahan alami yang bisa diolah
langsung dari bahan nabati tanpa
melalui trigliserida.
Produksi oleokimia dasar yang telah
dilakukan dalam industri adalah melalui proses
termik (menggunakan suhu 250 o C dan tekanan sekitar 50 atm), yaitu, melalui proses pemecahan lemak (fat splitting), esterifikasi,
transesterifikasi dan hidrogenasi. Proses tersebut memerlukan energi tinggi
serta investasi peralatan yang mahal
dan mutu produk yang dihasilkan tidak terlalu baik ditinjau dari warna dan baunya sebagai akibat proses panas
tersebut.
Dalam makalah ini dibahas empat metode /
proses pemecahan lemak yaitu proses Twitchell, proses autoclave batch, proses
kontinu, dan proses secara ezimatis. Selain keempat metode pemecahan lemak
diatas,karena keempat metode digunakan pada skala lab,maka untuk skala besar
digunakan metode colgate emery, yaitu dengan memanfaatkan
uap dari suhu tunggu tinggi yaitu 523 K dengan tekanan tinggi
5 x 106 dengan kapasitas produksi 5000 pound/jam,prinsip kerja nya
pada proses metode ini hampir sama dengan proses reaksi dasarnya.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk mengetahui beberapa metode dalam pemecahan lemak. Selain itu, makalah ini
disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Proses Industri Petro dan Oleokimia.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis
membatasi masalah pada proses pemecahan lemak yaitu proses Twitchell, proses
autoclave batch, proses kontinu, dan proses secara ezimatis, serta perbandingan
antara keempat proses tersebut.
BAB II
ISI
2.1 Oleokimia
Oleokimia pada dasarnya merupakan cabang ilmu kimia yang
mempelajari trigliserida yang berasal dari minyak dan lemak menjadi asam lemak
dan gliserin serta turunan asam lemak baik dalam bentuk ester, amida, sulfat,
sulfonat, alkohol, alkoksi, maupun sabun. Oleokimia merupakan turunan gliserol
dengan asam lemak yang berubah dalam bentuk turunannya yang digunakan baik
sebagai surfaktan, deterjen, polimer, aditif, bahan bakar dan sebagainya. Bahan
dasar oleokimia seperti gliserol, asam lemak, alkil asam lemak, amina asam
lemak dan alkohol asam lemak dapat diperoleh dengan mengubah lipida baik yang
berasal dari hewan maupun tumbuhan menjadi gliserol dan turunan asam lemak.
Sumber
minyak dan lemak alami dapat berasal dari bahan nabati maupun hewani. Sumber
minyak nabati di antaranya adalah minyak kelapa sawit, minyak kacang kedelai,
minyak biji bunga matahari, minyak biji wijen, minyak jarak dan sebagainya.
Sedangkan minyak dan lemak yang berasal dari hewan yaitu seperti minyak sapi,
minyak domba, minyak babi, minyak ikan dan lain-lain. Minyak dan lemak tersebut
sangat luas penggunaannya, baik sebagai bahan baku lemak dan minyak yang dapat
dikonsumsi maupun sebagai bahan oleokimia.
Produk-produk
oleokimia berasal dari penggunaan asam lemak dan gliserol. Penggunaan terbesar
dari asam lemak adalah dengan mengubahnya menjadi alkohol, asam lemak, amida,
garam asam lemak dan juga plastik, termasuk nilon (hampir mencapai 40% dari
total penggunaannya). Penggunaan terbesar berikutnya sebesar 30% untuk
dijadikan sabun, deterjen, dan kosmetik. Asam lemak juga digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan resin dan cat sekitar 15%, sisanya digunakan sebagai
pembantu dalam industri pembuatan ban, tekstil, kulit kertas, pelumas, lilin.
Penggunaan terbesar dari gliserol adalah industri farmasi dan kosmetika serta
makanan.
Gambar 2.1 Bagan Alir Produksi Oleokimia Secara Umum
Suatu lipid didefinisikan
sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam serta tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti
suatu hidrokarbon atau dietil eter. Salah satu anggota dari golongan lipid ini
adalah lemak yang tergolong dalam lipid netral.
Lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh
manusia, yang bila dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3
kalori lemak per 1 gram. Lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu : 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa harus dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya mentega, margarin dan
lemakyang biasa digunakan dalam kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama
bahan pangan atau dijadikan sebagai bahan pengantar panas dalam memasak bahan
pangan, misalnya minyak goreng, shortening
dan lemak babi.
Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak juga
berfungsi sebagai bahan pembuatan sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak),
sebagai obat-obatan(misalnya minyak ikan), sebagai pengkilat cat(terutama yang
berasal dari golongan minyak mengering). Produk dunia dari lemak diperkirakan
akan meningkat setiap tahunnya, kenaikan produksi ini terutama disebabkan
karena melimpahnya panen biji-bijian sebagai sumber lemak.
Sumber Lemak
Lemak dihasilkan
oleh alam yang dapat bersumber dari bahan hewani atau nabati. Karena dalam
hewan atau tumbuhan itu lemak tersebut berfungsi sebagai cadangan energi. Lemak
bisa diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai berikut :
- Bersumber dari tanaman.
- Biji-bijian palawija : jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedele, bunga matahari.
- Kulit
buah tanaman tahunan : zaitun dan kelapa sawit.
- Biji-bijian
dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit, babassu, cohune dan
sejenisnya.
- Bersumber
dari hewan :
- Susu
hewan peliharaan : lemak susu.
- Daging
hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari
oleo stock, lemak babi dan muttor tallow.
Adapun perbedaan umum antara
lemak nabati dan hewani adalah :
1) lemak hewani mengandung kolesterol,
2) kadar asam lemak tidak jenuh pada lemak hewani
lebih kecil dari lemak nabati,
3) lemak
hewani mempunyai bilangan Reichert-Meissl lebih besar dari bilangan Polenske
lebih kecil dibandingkan dengan minyak nabati.
Lemak nabati dan hewani dapat
diklasifikasikan bedasarkan sifat fisiknya berikut dengan contohnya :
- Lemak
nabati, seperti : lemak biji coklat, inti sawit, cohune, babassu,
tengkawang, nutmeg butter, shea butter.
- Lemak
hewani :
- Lemak
susu (butter fat), seperti : lemak dari susu sapi, kerbau, kambing, dan
domba.
- Hewan
peliharaan, seperti : lemak babi, skin grease, mutton tallow, lemak
tulang, lemak/gemul wool.
Lemak dalam tanama dibentuk
dalam sel hidup yang merupakan hasil dari serangkaian reaksi yang kompleks alam
proses metabolisme. Molekul lemak disintesa dengan proses kondensasi dari suatu
molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Molekul asam lemak dan
gliserol tersebut dibentuk dari hasil oksidasi karbohidrat secara proses
metabolisme berlangsung.
Proses
pembentukan lemak dalam tanaman terdiri dari tiga tahap, yaitu :
- Sintesa
gliserol.
Gilserol disintesa dari
dihidroksi aseton fosfat, yang merupakan salah satu hasil penguraian fruktosa
difosfat oleh enzim oleh aldose dalam tanaman. Dihidroksi aseton fosfat
direduksi menjadi gliserol fosfat dan akhirnya diubah menjadi gliserol dengan
proses de-phaphorilase.
- Sintesa
asam lemak.
Asam lemak
dihasilakan dari reaksi dua persenyawaan yang m,engandung karbon, yang
etrbentuk selama proses metabolisme misalnya asam asetat, asetaldehida, dan
alkohol (etanol). Dalam kondisi anaerob, asam lemak dalam tanaman disintesa
oleh bakteri tertentu. Sebagai contoh adalah sintesa asam butirat dan asam
kaproat oleh bakteri Clostridium Kluyveri, dengan reaksi sebagai berikut :
2 CH3OH
+ CH3COOH ==> CH3(CH2)2COOH + H2O
Asam
butirat
C2H5OH + CH3COOH ==> CH3(CH2)4COOH + 2H2O
Asam
kaproat
- Kondensasi gliserol dan asam lemak sehingga membentuk lemak.
Proses
pembentukan lemak atau minyak dalam tanaman merupakan proses esterifikasi
gliserol dengan asam lemak. Sebagai contoh adalah proses pembentukan palmitin.
Enzim
lipase biasanya terdapat dalam biji-bijian yang dapat mengandung lemak misalnya
kacang kedele, biji jarak, biji bunga matahari, biji jagung dan juga terdapat
dalam daging hewan serta beberapa jenis bakteri.
Lemak
hewani bersumber dari tubuh hewan, yang terdapat dalam jaringan adipose.
Jenis-jenis lemak hewani yang telah banyak dikenal adalah lemak susu, kuning
telur, lemak sapi, lemak babi,lemak sumsum, lemak ayam, lemak ikan paus, ikan
hiu, dan sebagainya.
2.2. Proses Pemecahan Lemak (Fat Splitting)
Minyak atau lemak dapat dihidrolisis
atau dipecah menjadi zat asam yang mengandung lemak dan gliserin, reaksinya
sebagai berikut :
Gambar 2.2 Reaksi Hidrolisa Minyak
Pada suhu kamar minyak
berwujud fase cair sedangkan lemak dalam fase padat. Karakteristik trigliserida
ditentukan oleh komponen asam lemak pembentuknya. Karena sebagian besar dari
komponen trigliserida adalah asam lemak. Trigliserida yang direaksikan dengan
air pada temperatur dan tekanan tertentu akan menghasilkan lemak dan gliserol.
Sepanjang langkah awal, reaksi berproses pelan-pelan, karena dibatasi oleh daya
larut air dalam fase minyak. Pada langkah yang kedua , reaksi berproses dengan
cepat yang disempurnakan dengan semakin besarnya daya larut air dalam zat asam
yang mengandung lemak itu. Langkah yang akhir ditandai oleh suatu reaksi
penyusutan zat asam yang mengandung lemak.
Peningkatan tekanan dan temperatur dapat
mempercepat reaksi itu oleh karena daya larut air juga meningkat dalam fase
minyak dan tenaga pengaktifan lebih tinggi. Temperatur, merupakan suatu efek
penting. Dalam suatu peningkatan temperatur dari 150 ke 220 oC dapat
meningkatkan daya larut air dua sampai tiga kali. Kehadiran sejumlah kecil asam
mineral, seperti asam belerang atau oksida metal tertentu, seperti seng atau
oksida magnesium, dapat mempercepat reaksi. Oksida metal ini adalah katalisator
yang baik, yang dapat membantu pembentukan emulsi.
Proses pemisahan lemak ( fat splitting ) ada 4 (empat) macam :
( 1 ) Proses Twitchell
Proses twitchell adalah proses yang mula-mula
dikembangkan pada pemisahan lemak. Proses ini masih menggunakan cara yang
sederhana, disebabkan murah serta kemudahan dari instalasi dan operasi. Tetapi
proses ini membutuhkan energi yang besar
dan kualitas produk yang rendah. Proses pemisahan menggunakan reagen
Twitchell dan H2SO4 sebagai katalis dalam hidrolisis.
Reagennya adalah campuran dari oleic atau asam lainnya dengan naptalen
tersulfonasi.
Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam. Kandungan yang terdiri
dari air yang jumlahnya ± ½ dari lemak, H2SO4 1-2 % dan
reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan sampai mendidih pada tekanan atmosfer
selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi dua
sampai empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan air. Pada
tahap akhir, air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih
guna mencuci asam yang tertinggal. Pada periode reaksi yang panjang, steam yang
dibutuhkan menjadi tinggi dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga
pemakaian proses ini tidak menguntungkan.
Gambar 2.3 Proses Twitchell
( 2 ) Proses Autoclave Batch
Proses ini adalah metode komersial yang
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemisahan. Asam yang disediakan harus
dalam jumlah yang cukup banyak untuk menghasilkan zat ligh-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan dengan proses
Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Pemisahan menggunakan
katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang paling aktif
adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk zinc
ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.
Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengam
diameter 1220-1829 mm dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap
korosi (corrosion-resistant alloy)
dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan terjainya
pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin pengaduk. Dalam
operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya (sekitar ± ½ dari
lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan udara terlarut dan
autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan tekanan sampai 1135 kPa
dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian kecil kisi-kisi menjaga
agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih dari 95% setelah 6-10
jam. Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak
dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk
ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya
dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.
Gambar 2.4 Proses Autoclave Batch
( 3 ) Proses Kontinu
Proses kontiniu merupakan proses pemisahan
lemak dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam
lemak lebih dikenal dengan proses Coltage-Emery,
merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis lemak. Suhu dan tekanan
tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi. Aliran counter current
dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu derajat pemisahan yang
maksimal tanpa memerlukan katalis.
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses
ini. Kebanyakan dari menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan
dengan cara yang sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad
diameter 508-1220 mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi
seperti baja stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi
pada tekanan sekitar 5000 kPa.
Gambar 4 menunjukkan suatu rancangan
Single-stage Countercurrent splitting,
lemak terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1 meter dari
dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada bagian atas
dengan perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan yang tinggi
(250-260 oC) cukup menjamin penghancuran fase air pada minyak.
Volume kosong menara digunakan
sebagai tempat reaksi. Lemak mentah lewat sebagai fase yang saling bersentuhan
dari dasar atas menara, sementara cairan lebih berat mengalir turun sebagai
fase terdispersi dalam bentuk campuran lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat
dicapai hingga 99%. Proses continiu countercurrent tekanan tinggi memecah lemak
dan minyak dengan lebih efisien dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3
jam.
Konsumsi utilitas untuk per ton umpan adalah :
Steam
(6000 kPa) 190 kg
Air
pendingin (20oC) 3 m3
Energi elektrik 10 kWj
Air
proses 0,6 m3
Gambar 2.5 Single-stage countercurrent splitting
( 4 ) Pemecahan secara
enzimatis
Lemak dan minyak
dapat dihidrolisis dengan enzim alami. Pemecahan lemak dengan enzim telah
dilakukan melalui percobaan. Tetapi saat ini prosesnya tidak begitu dianggap
penting karena biayanya yang mahal dan waktu reaksinya yang lama.
Pemecahan lemak dan
minyak secara enzimatis oleh lipase dari Candida Rugosa, Aspergilus niger, dan
Rhizopus Arrhizus telah dipelajari pada range temperatur 26-40 oC
dengan periode 48-72 jam dengan hasil pemecahan kira-kira 98 %
Gambar 2.6 Reaksi
Pemecahan Minyak dan Lemak
2.3.
Perbandingan Beberapa Proses Fat Splitting
2.3.1.
Proses Twitchell
o
Suhu (oC) : 100-105
o
Katalis : Asam alkil - aril sulfonat atau siklo
alifatik
o
Waktu (jam) : 12-48
o
Perolehan : 85-98 %, larutan gliserol 5-15 %
bergantung pada jumlah tahap dan jenis lemak.
o
Keuntungan : -
Suhu dan tekanan rendah
-
Biaya
investasi awal relatif rendah
o
Kelemahan : - Waktu reaksi lama
-
Konsumsi
steam tinggi, cendrung membentuk asm berwarna gelap
-
Perlu
lebih dari satu tahap untuk mendapatkan perolehan tinggi
-
Pengendalian manual
-
Biaya
tenaga kerja tinggi
2.3.2.
Proses Autoclave Batch
o
Suhu (oC) : 150-240
o
Katalis : Seng, kalsium atau magnesium oksida
o
Tekanan (MPag) : 2,9-10,0
o
Waktu (jam) : 2-10
o
Perolehan : 85-98 %, larutan gliserol 10-15 %
bergantung pada jumlah tahap dan jenis lemak.
o
Keuntungan : -
Dapat diadaptasikan untuk skala kecil
-
Biaya
investasi awal lebih murah dari pada proses kontinu
-
Lebih cepat dari pada proses
twitchell
o
Kelemahan : - Investasi awal agak tinggi
-
Waktu
reaksi lebih lambat dari pada proses kontinu
-
Otomalisasi
pengendalian lebih sukar dibanding proses kontinu
-
Biaya
tenaga kerja tinggi
-
Perlu
lebih dari satu tahap untuk mendapatkan perolehan lebih baik
2.3.3.
Proses Kontinu
o
Suhu (oC) : 250
o
Katalis : opsional
o
Waktu (jam) : 2-3
o
Perolehan : 97-99 %, larutan gliserol 10-25 %
bergantung pada jumlah tahap dan jenis lemak.
o
Keuntungan : -
Tidak butuh ruangan yang luas
-
Kualitas
produk lebih seragam
-
Perolehan
lebih tinggi
-
Konsentrasi
gliserin lebih tinggi
-
Biaya
operasional lebih murah
-
Pengendalian
lebih akurat karena otomatis
o
Kelemahan : - Investasi awal tinggi
-
Suhu
dan tekanan tinggi
-
Perlu
tingkat keahlian penanganan yang tinggi
2.3.4.
Proses Secara Enzimatis
o
Suhu (oC) : 25-46
o
Katalis : Lipase dari candida rugosa, Aspergillus niger dan Rhizopus arrhizus
o
Waktu (jam) : 48-72
o
Perolehan : 98 %
o
Keuntungan : Perolehan
lebih tinggi
o
Kelemahan : - Waktu reaksi lama
-
Investasi
awal tinggi
2.4. Penyulingan Asam Lemak
dan Operasi Fraksionasi
Zat asam yang mengandung
lemak diproduksi dari proses pemecahan lemak yang dibersihkan dan dibersihkan
dengan penyulingan dan fraksinasi.
Penyulingan zat asam yang mengandung lemak kasar.
Zat asam yang mengandung
lemak sangat sensitif bila dipanaskan, dioksidasi, dan dapata menimbulkan
karat. Ini berkaitan dengan asam reaktif yang mengandung rantai karbon. Faktor
ini dipertimbangkan berdasarkan perancangan unit penyulingan dan parameter
operasi. Penyulingan dibawa ke ruangan yang hampa dan menurunkan temperatur
sehingga memperpendek waktu proses.
Teknik perancangan
kebanyakan unit penyulingan menonjolkan kehampaan tinggi dengan tidak mengalami
kebocoran udara, pemanasan efektif untuk mencapai waktu kontak yang pendek,
peredaran yang baik untuk transfer massa antara uap air dan air kondensasi, dan
pemakaian uap air. Pengaturan internal dari kolom penyalur dengan tujuan yang
terakhir tentang keberhasilan sasaran hasil desain diikuti langkah-langkah yang berbasis proses
adalah sama. Gambar 5 dan 6 menunjukkan penyulingan zat asam yang mengandung
lemak oleh Badger dan Lurgi.
Zat asam yang mengandung
lemak kasar dikeringkan melewati bawah ruang hampa dan dimasukkan pada unit
destilasi, dioperasikan pada suatu ruang hampa 1,2 kPa atau temperatur
kira-kira 200°C. Uap air disajikan untuk meningkatkan peredaran dan mengurangi
tekanan parsial, dengan menurunkan temperatur dan mengurangi penurunan
degradasi. Panas memudahkan pengurangan kotoran seperti halnya bau dan warna
dari uap air yang meninggalkan sistem itu. Lemak yang disaring mempunyai warna
putih dan bebas dari ketidakmurnian.
Akhirnya diperoleh
komponen didih yang tinggi, kualitas yang rendah, yang dapat dipisahkan lagi
atau didaur ulang secara langsung atau penyulingan kembali. Hasil samping atau
residu adalah material polymerized, yang mana dibuang oleh campuran minyak yang
bersifat sisa dan dapat digunakan sebagai ketel uap. Mungkin juga dapat
digunakan sebagai bahan aditif aspal.
BAB III
KESIMPULAN
1. Fat splitting (Pemecahan Lemak) adalah proses pemecahan lemak dengan reaksi hidrolisa antara air dan minyak
menghasilkan gliserol dan asam lemak .
2. Proses pemecahan lemak (fat splitting) ada empat macam yaitu
proses Twitchell, proses Autoclave Batch, proses Kontinu, dan proses secara
Enzimatis
3. Pemilihan proses dipertimbangkan
berdasarkan : konversi produk yang tinggi, waktu reaksi lebih singkat, dan
biaya operasi yang lebih murah
4. Berdasarkan kriteria pemilihan proses di
atas, maka proses kontinu adalah proses yang paling baik untuk diterapkan dalam
proses pemecahan lemak yang paling efektif dan efisien
Gervajio,
G, C. 2005. Fatty Acid and Derivatives From Coconut Oil, http://media.wiley.com/product_data/excerpt/68/04713854/0471385468.pdf.
12 September 2015.
Hui, Y, H.
1996. Bailey’s Industrial Oil Fat
Products. Volume 6. United States, Willy Intercelence.
Indrianty, Y. 2005. Prarancangan Pabrik Asam Lemak. Pekanbaru, UNRI.
Penulis. 2005. Pengembangan Teknologi Untuk nilai tambah Sawit. http://seafast.ipb.ac.id/seafast.info/informasi%20gratis/Teknologi%20untuk%20Memperoleh%20Nilai%20Tambah%20Sawit.pdf.
12 September 2015.
Sunardi,
2004. Pra Rancangan Pabrik Gliserin dari
Crude Palm Oil (CPO). Pekanbaru, UR.
Tambun, R. 2007. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. http://e-course.usu.ac.id/content/teknik0/teknologi0/textbook.pdf.
13 September 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar